Sebetulnya awak agak sungkan cerita tentang
jalan-jalan. Dunia tengah berduka karena pandemi Covid-19. Tapi, tak apalah
ya tulisan ini sekadar mengabadikan memori kami waktu liburan ke Paris awal 2019 lalu. Soal Covid-19, kabar terkini menyebutkan, lebih dari 4000
penduduk Perancis meninggal terinfeksi virus korona. Perancis tercatat sebagai negara dengan kematian terbanyak ketiga di dunia karena Covid-19. Paris melakukan lockdown dan berubah menjadi kota sunyi.
Paris adalah tujuan pertama kami
saat melalak ke beberapa negara Eropa Barat. Perjalanannya rada panjang. Jakarta–Hong
Kong 4,5 jam. Hong Kong–Paris 12 jam. Total 16,5 jam. Lumayan, tepos sikitlah pantat
awak ha-ha. Berangkat Kamis dini hari dan Kamis malam kami sampai di Paris. Rencananya
Sabtu malam cuss ke Zurich naik kereta cepat TGV (Train a Grande Vitesse). Feeling saya memang tak pengin
lama-lama di Paris. Padahal, sebagian orang memuja-muja Paris sebagai kota cinta,
kota romantis, endebre, endebre, endebre. Tapi, entah kenapa, saya lebih tertarik dengan Zurich
(Swiss) dan Amsterdam (Belanda), dua destinasi kami setelahnya.
Tujuan utama kami ke Paris tak lain
dan tak bukan karena kepo pengin ke tempat wisata umum di Paris (turis
kalilah). Well, in the end, musibah
kecopetan di Paris membuat saya merasa untung
(udah kecopetan pun masih merasa untung, ya amplop!) kami cuma singgah sebentar
di sini. Soal kecopetan, saya cerita kapan-kapan. Postingan ini
khusus membahas tentang Masjid Agung Paris.
![]() |
PARIS! |
Hari Jumat di Paris, suami cuma bilang, kami akan ke masjid. Saya pikir, kami mau ke masjid mana gitu. Dia tak
menyebutkan kalok masjidnya adalah Masjid
Agung Paris (Grande Mosquée de Paris). Surprais! Sebetulnya suami dan
anak-anak terlambat jumatan di sini. Kelamaan foto-foto pecicilan di Musée du
Louvre pulak hadeeeh. Begitu tiba di masjid, jumatan sudah bubar. Jadinya kami shalat
Zuhur biasa.
Saya tak sangka ada masjid semegah Masjid
Agung Paris di Paris. Perancis merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar
di Eropa Barat. Masjid ini dibangun 1922–1926 untuk menghormati muslim Perancis
yang membantu Perancis melawan Jerman pada Perang Dunia I. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Gaston Doumergue pada 15 Juli 1926. Perang Dunia
II, ketika tentara Jerman NAZI membunuhi Yahudi, di masjid inilah Yahudi
bersembunyi. Umat muslim membantu melindungi Yahudi, terutama anak-anak.
Masjid Agung Paris terletak di lahan
seluas satu hektar di daerah komunitas Latin (distrik kelima di Paris). Bangunannya
mengikuti gaya mudejar (berciri Arab Andalusia). Desain dan mozaik-mozaiknya sungguh menawan, terinspirasi
dari Masjid Alhambra di Spanyol. Tembok putih bersih. Warna hijau mendominasi.
Tinggi menara sekitar 33 meter. Menara berbentuk segi empat berlapis keramik
hijau toska. Di dalam bangunan menara ada sebuah tangga menuju puncak menara.
Saya terkesan dengan taman Masjid
Agung Paris yang lapang dan cantik. Aneka tanaman tumbuh subur di sana, tapi saya fokus pada pohon-pohon cemara nan rindang
berdiri tegak. Teduh nian. Taman betul-betul terawat. Banyak keran air. Katanya
ada kolam dan air mancur, tapi semua kering waktu kami ke sana.
Satu lagi, saya baru tahu kalok di Masjid Agung Paris ada restoran dan rumah tehnya. Teh mint di sini terkenal sangat. Sayangnya, fasilitas ini tutup pada hari Jumat bertepatan dengan hari kehadiran kami di sini.
Dari sisi arsitektur, Masjid Agung
Paris tampak sempurna, sejarahnya mengagumkan. Tapiii, tapiii, saya kesandung hal kecil di sini. Saya dan
Shafiyya sudah mondar mandir keliling masjid mencari tempat wudhu, tapi tak
jumpa jugak. Nasib baik ada ibu-ibu yang mau mengantarkan kami ke
tempat wudhu perempuan yang rupanya terletak di ruangan di bawah lantai satu masjid.
Belakangan saya tahu kalok ibu-ibu itu sebenarnya bukan muslimah. Dia berada di
masjid karena menunggui kawannya yang sedang shalat. Mungkin karena sudah
sering menunggui temannya, beliau jadi tahu tempat wudhu perempuan di sini. Indahnya
toleransi.
Kelar wudhu, masalah belum selesai
hu-hu. Saya dan Shafiyya tak bisa jumpa tempat shalat perempuan! Alamak, kami mondar
mandir lagi kayak setrikaan, sementara tak ada jamaah yang paham setiap saya
ajak cakap bahasa Inggris. Ibu-ibu tadi sudah tak ada. Mujur, seorang
pemuda melihat penderitaan saya. Dia meminta saya mengikutinya. Saya dan Shafiyya langsung lari-lari kecik
di belakangnya. Betul kata Khalida Fitri, kawan saya, tempat wudhu dan
tempat shalat perempuan di masjid ini memang sulit ditemukan. Awak macam
menebak-nebak tempat harta karun. *garuk betis gempal*
Sebelum masuk ke tempat shalat,
beberapa jamaah perempuan entah dari negara mana saja (ada yang berkulit hitam,
ada yang seperti keturunan Arab, ada yang berambut pirang, dll), ramah memberi salam. Hati saya tersentuh. Kami saling bertegur sapa karena hubungan saudara
seiman. Begitu masuk ke tempat shalat, saya pulak tertegun.
Hmmm, tempat shalat perempuan besar ternyata!
Di berbagai sudut tampak muslimah sedang shalat, menelaah buku, membaca
Alquran, dan pengajian. Kelihatan ramai dan aktif. Masya Allah baru
kali ini saya mendengar bule mengaji. Suaranya bagus! Saya pengin memotret,
tapi seorang nenek melarang. Tak apa. Semua pemandangan ini saya abadikan di
dalam memori saja.
Senangnya Masjid Agung Paris bukan
hanya tempat beribadah ritual, melainkan jugak sumber mencari
ilmu. Masjid Agung Paris merupakan pusat kajian Islam terbesar di Paris.
Koleksi bukunya mantap-tap-tap. Dakwah dan syiar Islam dilakukan di sini. Oiya, masjid ini terbuka untuk Kawan CM nonmuslim
yang sekadar pengin menikmati keindahan arsitekturnya atau makan-makan di
restoran dan minum teh. Sebaiknya
kelen datang dengan pakaian tertutup, ya. Jangan pakai baju yukensi, yang ada malah masuk angin.
Di tengah glamornya kehidupan Perancis,
ada Masjid Agung Paris, sudut yang tenang di jantung Kota Paris. Saya sudah meniatkan
mengunjungi rumah Allah di negara-negara yang saya datangi. Selain pengin
beribadah, berkunjung langsung adalah salah satu cara saya belajar sejarah
Islam. Jumpa dengan kawan-kawan muslim dan muslimah dari berbagai negara jugak pengalaman
yang luar biasa. Alhamdulillah terima kasih Allah telah mengizinkan hamba
menikmati kemolekan sisi bumi-Mu yang lain. Jadikanlah kami golongan
orang-orang yang bersyukur. Aamiin.
Kawan CM pernah ke Masjid Agung
Paris? Atau, kelen mau sharing jalan-jalan ke masjid lain di negeri orang? Sila. Hanya, berhubung sekarang sedang pandemi Covid-19, jamaah diimbau #dirumahaja jangan ke masjid dulu, yo. Setelah pandemi usai, bolehlah kita jalan-jalan lagi. Hasbunnallaah wani'mal wakiil ni'mal maula wani'mannasiir. [] Haya Aliya Zaki
Paris!! Wow..
ReplyDeleteWell, aku salfok sm gamis kuning itu, cantik sekali ❤