Ini kisah tentang sahabat yang kini sedang tersenyum di antara awan-awan. Saya mungkin bukan seseorang yang paling dekat denganmu, tapi izinkan saya menulis untuk mengenang 5 tahun kita saling mengenal. Selamat menempuh perjalanan baru, perjalanan menuju keabadian. Saya menulis untuk merawat kenangan dan semoga bisa menambah amal jariah untukmu, Rie. Innalillahi wa innailaihi rooji’uun.
![]() |
Arie Ardiansyah (credit: IG @ariepitax) |
Pulang liburan dari Singapura akhir
Agustus lalu, saya terenyak. Penyebabnya adalah status Echa yang memberitahukan
kondisi Arie Ardiansyah (Arie
Pitax), salah satu kawan blogger kami, sedang dirawat di rumah sakit. Saya
pikir cuma sakit biasa, tapi setelah menelaah satu per satu komen Echa, saya
semakin terenyak. “Ada penyumbatan di otak,” tulisnya.
Pikiran
saya langsung melayang ke sosok ibu mertua yang wafat 10 tahun lalu karena penyakit
kanker otak. Entahlah, berdasarkan pengalaman membantu merawat ibu mertua dan sedikit
ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah (latar belakang pendidikan saya
Farmasi), saya otomatis mengambil kesimpulan. Jika otak sudah mengalami
masalah, akibatnya bisa fatal. Otak itu teksturnya seperti agar-agar yang lembut sekali, ibarat
kata segala macam kabel (saraf) pengendali tubuh kita berpusat di sana. Kebayang
kan kalau sampai ada apa-apa dengan otak kita? Pikiran buruk pun mengusik. Ya
Allah, Arie sebenarnya sakit apa?!
Ah, mungkin ini cuma perasaan saya saja,
berkali-kali saya membatin demi menenangkan diri sendiri. Meski begitu,
hari-hari tetap kepikiran Arie. Pengin besuk ke rumah sakit, sayang belum
sempat. Saya mungkin bukan sahabat dekat
Arie, tapi setahun belakangan ini kami intens berkomunikasi. Soalnya kami sama-sama
tergabung dalam proyek #IM3OreedooSquad.
“Tulisan Mbak Haya tuh bagus. Coba tulis
review hotel, Mbak. Ada jobnya insya Allah. Kami
butuh banyak blogger untuk mereview hotel soalnya,” pernah suatu ketika Arie
berpesan kepada saya.
Ucapan Arie bukan sekadar ucapan.
Arie (dan Imawan) yang pertama kali mengajarkan saya memakai kamera supaya hasil jepretan foto lebih bagus. Arie mengapresiasi dengan menjadi komentator pertama waktu saya posting di blog
tentang review hotel tempat kami menginap di Lampung. Selama ini Arie memang
dikenal sebagai travel blogger, khususnya blogger yang senang menulis review
hotel. Perannya dalam dunia perhotelan Indonesia terekam dengan baik di blog
dan media sosialnya.
Kalok menengok ke belakang, saya
kenal Arie tahun 2013 di sebuah event blogger. Kami cuma say hello, tak
lebih. Awal tahun 2014, kami berjumpa lagi. Kebetulan waktu itu saya baru saja
ditunjuk menjadi ketua panitia event blogger yang boleh dibilang event cukup
besarlah yo karena pejabat dari kementerian dan kawan-kawan blogger dari berbagai
daerah bakal hadir. Persiapannya aja lebih dari setengah tahun. Hasil diskusi dengan seluruh panita, Arie dianggap cocok
menjadi MC yang nantinya berpasangan dengan Mak Aulia Gurdi.
Arie menyambut baik ajakan saya yang
memintanya menjadi MC. Di sini saya bisa melihat sosok Arie yang meskipun udah
jadi MC di mana-mana, tetap aja dianya down to earth. Dia mau menerima arahan
dari panitia tanpa banyak cincong. Kalok ada masukan untuk kami, dia
sampaikan dengan santun. Intinya, dia menyenangkan, enak diajak ngobrol, sama
sekali bukan tipe anak muda yang petantang petenteng gitulah. Alhamdulillah,
berkat kerja sama yang baik, event tersebut sukses. Tak saya sangka, selesai
acara, Arie berbaik hati menulis reportase event dan pengalamannya menjadi MC
di blog. Kawan CM sila membacanya di postingan Bangga Jadi Bagian Perhelatan Srikandi Blogger 2014.
Saya merasa Arie agak berbeda waktu kami
jalan-jalan ke Lampung bareng #IM3OoredooSquad bulan April 2018 lalu. Kadang
dia menyendiri karena ditelepon bolak-balik untuk membahas pekerjaan kantornya.
![]() |
Ngisengin Arie yang lagi bobok di pesawat |
![]() |
Kami jalan-jalan ke Lampung (credit: melfeyadin.web.id) |
“Padahal aku lagi cuti kan, Mbak.
Kok orang kantor masih aja nelepon, ya?” kata Arie bete.
“Itu berarti kamu staf yang sangat
diandalkan di kantormu, Rie,” hibur saya.
Arie tersenyum. “Btw, ada yang suka
lagu Sang Penggoda enggak sih?”
tanyanya sambil bersenandung. Salman sampai bosan Arie muter lagu Sang Penggoda melulu di kamar hotel hihi.
“Lha itu Mbak Haya juga muter lagu Sang Penggoda terus di kamar,” celetuk
Lidya.
Kami semua ketawa. Oiya, meski di
Lampung Arie diganggu terus sama
urusan pekerjaan kantor, dialah blogger yang paling cepat menyetor postingan reportase event Indosat
Lampung. Salut!
Arie itu ramah dan banyak kawan ….
Arie
itu pekerja keras ….
Arie
itu sayang keluarga ….
Arie itu shalatnya rapi ….
Arie itu santun ….
Masya Allah, dengar, dengarlah kata mereka. Bukan
cuma mereka, saya pun mengalaminya sendiri. Ini buah dari kebaikan yang kamu tanam,
Rie. Waktu mendengar info kamu kritis dari Lidya (Lidya tahu dari Tari), rasanya
saya pengin menangis. Hari Jumat tanggal 31 Agustus 2018 saya berangkat ke
rumah sakit dan bersua dengan ayah dan ibumu di ruang tunggu ICU.
“Arie mengeluh ada gangguan di mata.
Hasil MRI, ternyata ada penyumbatan di otaknya karena virus. Saraf penglihatnya
kena. Sebelum ke sini, dia mau mengurus BPJS dulu. Dia tidak mau merepotkan
kami. Tapi, Ibu bilang, langsung saja ke rumah sakit supaya cepat ditangani
dokter,” cerita ibu Arie. Kondisi jantung Arie dan seluruh organ lainnya baik,
kecuali otak. Beliau menunjukkan foto-foto dan video Arie yang tersimpan di
ponselnya. Ya Allah … ayah dan ibu Arie tampak begitu tegar. Mereka hanya
pengin yang terbaik untuk anaknya. Saya bisa melihat dari mana bibit kebaikan
Arie berasal, jelas sekali teladan dari kedua orangtuanya.
Saya tak tega melihat kondisi fisik
Arie, tapi saya berusaha menguatkan hati. Saya terus berdoa untuk kesembuhannya,
saya tak berani mendahului takdir, tapi jujur saya takut, takut ini jadi
perjumpaan terakhir kami. Ba’da Isya tanggal 2 September 2018, ketika orang-orang (termasuk saya) sedang hanyut dalam kegembiraan menonton Closing
Ceremony Asian Games 2018 di teve, Arie berpulang. Arie tak sakit lagi.
Allah telah mengangkat semua penyakitnya. Rasanya seperti mimpi. Arie cuma sakit semingguan, tahu-tahu pamit tanpa pesan, tanpa kata-kata perpisahan.
Arie
pernah berujar, “Mbak Haya tahu enggak kenapa rumahku belum ada perabotnya?
Soalnya, aku pengin nanti istriku yang memilih perabot rumah kami sesuai
seleranya.”
“Memangnya Arie sudah punya calon?” tanya saya bercanda. Saya tahu Arie sudah punya rumah
dari hasil keringatnya sendiri, tapi saya baru tahu inilah alasannya membiarkan
rumahnya masih kosong tanpa perabot.
“Yaaa
… belum, Mbak! Nanti!” jawabnya ketawa. Saya ikutan ketawa.
![]() |
You gone too soon, Buddy .... |
Selamat
jalan, Sahabat. Selamat menjemput bidadari surgamu, ya. Saya yakin Arie bahagia
di sana. Tinggallah di sini kami mengenang dan membicarakan kebaikanmu. Insya
Allah Arie husnul khatimah. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. Cepat atau lambat, kami
pulak akan menyusul. Kepergianmu menjadi nasihat terbaik bagi kami yang masih sering
silau dengan keindahan dunia fana. Kawan
CM, apa peristiwa yang paling melekat di hati klen saat bersama Arie? Bolehlah
kita saling berbagi di sini yok. [] Haya
Aliya Zaki