Siapa yang bisa lupa sama lagu Kugadaikan Cintaku alm Gombloh yang fenomenal itu? Kecuali anak
milenial yang mungkin belum pernah dengar lagunya sama sekali yhaaa.
Cakap-cakap soal radio,
sepertinya awak tak bisalah hidup tanpa radio. Waktu 37 radio swasta serentak
mati (ditandai death tone) selama 15 menit pada tanggal 11 Desember, saya agak
khawatir. Syukurlah setelah itu nyala lagi. Rupanya aksi radio mati ini semata-mata
dalam rangka Radio Day campaign. Aksi #RadioGueMati semacam “alarm” apakah kita
bisa hidup tanpa radio?
![]() |
Di rumah nenek saya di Medan masih ada radio tua kayak gini |
Reaksi netizen beragam. Ada yang langsung
curcol kenangan bersama radio. Ada pulak yang bereaksi santai, “Tak masalah
radio mati. Toh saya masih bisa putar Spotify, iTunnes, dan JOOX Music.” Well,
I tell you something. Itu berarti engkau cuma penikmat musik, bukan penikmat radio. Serunya di radio itu, list lagu-lagu berikutnya selalu surprais. Beda kalok kita mendengarkan playlist di media kekinian. Apa yang kita dengar ya udah pasti yang ada di play list kita itu.
Radio jelas berbeda karena punya penyiar, aneka program, info lalin, kuis berhadiah, dll. Radio satu-satunya media yang BEBAS HOAX. Radio tak bisa diintervensi pemiliknya, meski pemiliknya punya kepentingan politik.
Di sisi lain, radio sifatnya personal sangat. Ada ikatan emosional antara pendengar dengan radio. Saya suka Gen FM, tapi klen belum tentu. Iya, kan? Radio ibarat teman dekat. Sendirian di tengah lalu lintas macet dan membosankan, terutama, kita berasa ada yang menemani.
Saya punya banyak kenangan
sama radio. Sering dapat salam dari mantan pacar (sekarang suami) melalui radio. Kalok kata Awan, lagu yang dipilih pasti mewakili suasana hati doi pada saat itu haha. Beberapa kali saya menang kuis yang hadiahnya lumayan. Paling hobi dengarin radio yang suara penyiarnya renyah-renyah
cemana gitu. Penyiar radio zaman dulu agak misterius, bukan macam penyiar radio zaman sekarang yang eksis di teve-teve. Kami jadi menebak-nebak wajah penyiar apakah
semanis Rano Karno atau seganteng Robby Sugara. Kenyataannya, sebagian penyiar
bersuara renyah itu udah bapak-bapak beranak dua haha. Kecele!
Kembali ke aksi #RadioGueMati. Menurut Pak M. Rafiq, Ketua Umum PRSSNI DKI Jakarta, radio bukanlah media jadul. Radio bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Itulah sebabnya hingga kini radio masih dibutuhkan masyarakat. Terbukti #RadioGueMati langsung jadi trending topic di dunia maya dan impresinya hampir 40 juta. Satu lagi #RadioGueGakMati impresinya hampir 200 juta. Dahsyat!
Terus, saya jadi penasaran. Sebenarnya,
pendengar radio masih banyak tak? Benarkah radio mengalami senja kala seperti
media cetak? Berdasarkan survei, penetrasi radio di Jakarta itu 37% artinya sekitar
37% penduduk di Jakarta masih mendengarkan radio. Lumayanlah, yo. Pendengar radio
di Jakarta didominasi anak muda. Mereka pencinta musik, sport, cooking, kopi,
dan snacking. Suprisingly, kita kalah sama Amerika Serikat. Penetrasi radio di
sana sekitar 95%! Wow.
Apa yang dilakukan oleh
kawan-kawan di Amerika sampai radio bisa meraih begitu banyak pendengar? Jawabannya:
iklan, iklan, dan iklan. Di sana kita bisa melihat iklan radio di mana-mana. Pihak
radio dan asosiasi yang beriklan. Sekarang ini radio menjadi tempat
brand beriklan, tapi radio dan asosiasi malah “lupa” mengiklankan radio itu sendiri. Radio
Day campaign Senin lalu bertujuan untuk mengajak semua stakeholders ikut
memikirkan kemajuan industri radio. Stakeholders ini antara lain pemerintah,
brand, dan pendengar.
![]() |
Press conference Radio Day di AYANA Midplaza, Jakarta (11/12) |
Fyi, industri radio berawal
dari hobi, berbeda sama industri televisi, misalnya. Itulah sebabnya
pengelolaan industri radio lebih unik. Seyogianya pengelolaan industri radio
bisa lebih profesional, bukan sekadar hobi.
Bicara soal iklan, penghasilan
radio salah satunya dari iklan. Dari tahun-tahun, “kue iklan” yang diterima
radio kecil luar biasa, yakni sekitar 1%. Porsi besar udah dihabiskan oleh
media lain seperti media cetak dan media online. Sekarang sedang diupayakan
cemana caranya supaya “kue iklan” radio bertambah besar dan tim di dalamnya
menjadi sejahtera. Pemilik brand mungkin sebaiknya tidak “over excited”
beriklan di media digital. Keberhasilan promosi bukan dari beriklan di satu
media aja, melainkan mix media.
SHELL OIL adalah contoh brand
yang paling banyak beriklan di radio. Apakah dengan beriklan di radio, performa
bisnis SHELL tambah bagus? SHELL cocok diiklankan di radio karena sesuai dengan
target pendengarnya, pengendara mobil yang menjadi pendengar setia radio setiap
hari. Performa bisnis dari brand awareness sampai brand preferences naik cukup signifikan.
Konferensi pers Radio Day juga
dihadiri oleh artis dan produser film, Wulan
Guritno. Wulan selalu memanfaatkan radio untuk mempromosikan film-filmnya. Ada
interaksi langsung dengan pendengar. Ini menyenangkan. Saya setuju sama
pendapat Wulan bahwa radio tetap di hati, tak ada yang bisa menggantikan. Media
digital pemain baru dan hanya menjadi pilihan tambahan.
Penetrasi radio 5–7 tahun lalu
sekitar 70% dan sekarang turun jadi 37%. Semoga tak semakin turun. Ih, sedih
kali awak. Jangan sampai radio punah selama-lamanya. Nanti kita cuma bisa
mendongeng ke anak cucu bahwa dahulu kala ada media yang kece berat bernama R-A-D-I-O.
Yok, Kawan CM, kita setel lagi radio kita, yok! Dari ponsel atau laptop pun bisaaa.
Di radio ... aku dengar ... lagu kesayanganku
.... [] Haya Aliya Zaki
Sampai sekarang saya masih suka dengerin radio,meskipun hanya di rumah saja. Sambil masak, beres-beres atau nyuci, biasanya radio selalu nyala. Menurut saya mendengarkan radio itu nggak bosenin, karena ada interaksi antar penyiar. Btw saya juga suka lagunya Gombloh yang Radio. Kalau versi 2000an-nya ya lagunya Sehila on 7. "Lewat radio, aku sampaikan" heheheh
ReplyDeleteRadio bisa kayak peti gitu ya bentuknya? Hahaha
ReplyDeleteTapi jujur aja radio itu bikin banyak hal jadi menarik. Termasuk menjadikan informasi dikemas berbeda
aaaah..aku jadi kangeeen siaran lagiii mba. Lama siaran di radio di Lampung ety, almost 9 years! Dan radio demand irreplaceable mba. Here in NYC we listen to it every morning as well :)
ReplyDeleteradio memang media yang memberikan informasi yang sebenar benarnya. ya walaupun ada banyak iklannya juga sih. tapi jujur saya penikmat radio khusunya musik. sayang pendengarnya semakin berkurang semenjak media lain bermunculan.
ReplyDeletewah ternyata penikmat radio masih lumayan banyak juga ya... dilingkunganku, sudah jarang sih yang mendengarkan radio
ReplyDeleteAku dari SMA suka banget dengerin radio. Sampai sekarang, punya beberapa saluran radio favorit. Lagian, aku bisa eungeuh sebuah lagu baru itu enak didengar apa nggak, seringnya sih dari radio.
ReplyDeleteSuka kagum kalau numpang mobil sodara/teman, dia setel radio! Seperti menikmati masa kuliah lagi. Sepanjang jalan tol nikmati radio Prambors.
ReplyDeleteKaaak, itu yang di judul lagu tahun berapa ya? #SayaGenerasiMilenial :D
ReplyDeleteaku dulu pas zaman radio suka mantengin buat kirim-kirim salam. kadang juga karena grogi, abis telepon langsung ditutup lagi hehe..
ReplyDelete