Kota Medan salah satu surga buat pencinta kuliner. Kalok orang-orang susah move on dari
mantan, saya susah move on dari Kota
Medan, Kawan CM. Setiap tahun, acara yang paling saya tunggu-tunggu pastinya mudik ke
Medan haha! Selain pengin silaturahim sama keluarga besar, saya juga kebelet mencicipi
kuliner Medan lagi, lagi, dan lagi. Mulai dari durian sampai es krim mulai dari
mi sop sampai martabak. Dan, belum sah rasanya jika main ke Medan tanpa membawa
oleh-oleh hits. Mereka adalah gerombolan si berat (maksudnya bikin bodi tambah
berat), seperti bika ambon, sirop markisa, pancake
durian, dst dst dst. Awak rela antre sambil ngalungin handuk karena kepanasan
demi niat mulia pulang membawa mereka ke haribaan sanak saudara dan tetangga. *halah*
Meski sudah berkali-kali mudik, saya sempat
melupakan sate kerang, makanan favorit masa kecil. Seingat saya, dulu sate
kerang dijual di kedai-kedai kecil atau dijunjung pakai tampah oleh pedagang
keliling. Fyi, sate kerang TIDAK
DIBAKAR seperti sate ayam atau sate kambing. Unik, ya? Hingga akhirnya tahun 2012,
saya jumpa balik makanan masa kecil ini. Bedanya, kini sate kerang dijual
dalam kemasan oleh-oleh yang cantik. Namanya: Sate Kerang Rahmat!
Rahmat Efendi (39 tahun), pemilik usaha Sate Kerang Rahmat,
mengemas rapi sate kerang dalam boks panjang. Bagian dalam boks dilapisi aluminium foil. Di satu tusuk sate ada tiga sampai empat daging kerang. Satu boks berisi dua puluh tusuk sate. Harga
relatif terjangkau. Per tusuk lima ribu rupiah aja. Mau beli lebih dari satu
boks? Boleh! Rahmat sudah menyediakan kardus khusus yang siap ditenteng masuk
ke kabin pesawat.
![]() |
Sate Kerang Rahmat |
Rahmat bukan pendatang baru di dunia
kuliner khas Medan ini. Keluarganya turun-temurun berjualan sate kerang. Mereka
tinggal di daerah bernama Gang Kerang. Disebut Gang Kerang karena semua warga
di sana berjualan sate kerang. Diam-diam Rahmat cilik membangun mimpi. Kelak
dia ingin mengenalkan sate kerang ke luar Kota Medan bahkan sampai ke
mancanegara.
“Saya pernah ditertawakan keluarga karena selama
ini sate kerang dianggap ‘makanan kampung’. Apa mungkin bakal dikenal
sampai ke mancanegara? Tapi, mimpi saya tidak goyah. Saya terus berpikir
bagaimana supaya sate kerang tampil eksklusif di mata pembeli. Alhamdulillah,
pelan-pelan mimpi saya terwujud,” cerita Rahmat. Dia tampak hati-hati kali memasukkan sate kerang ke boks. Kini Rahmat satu-satunya penjual sate kerang
yang masih bertahan di Gang Kerang.
Rahmat Efendi |
Usia label usaha “Sate Kerang Rahmat” memang
baru tiga tahun, tapi namanya cepat tersiar karena kelezatannya. Rasa bumbu
sate kerang mirip rendang, namun ada tambahan sensasi manis dan asam. Rahmat menggunakan
resep warisan almarhumah ibunya yang telah berjualan sate kerang sejak tahun
1957. Bumbu-bumbunya antara lain, cabe merah, bawang merah, bawang putih, ketumbar,
kemiri, lengkuas, dan jahe. Amboooiii … perpaduan rempah-rempahnya, ya. Bukan
main! Bumbunya melimpah dan meresap di daging kerang. Lidah dibikin menari-nari. Meski rasanya mirip rendang,
Sate Kerang Rahmat tidak pakai santan. Tidak ada bau amis sama sekali. Suami awak yang seumur-umur belum pernah
makan sate kerang aja sampek nambo nambo. Apalagi, makannya bareng nasi panas
yang masih mengepul. Heaven! *alamak,
perjuangan kali bah nulis postingan ini soalnya sambil membayangkan sate kerangnya
wkwkwk*
Pesanan Sate Kerang Rahmat datang
bertubi-tubi. Awalnya Rahmat menjual sekitar 70 kg sate kerang per hari. Sekarang?
Sekitar 100 kg per hari! Bahkan, Rahmat pernah menjual sampai 200 kg sate
kerang per hari. Fantastis! Sebagian besar pembelinya dari luar kota. Ya, itu
tadi, buat oleh-oleh. Selain lezat, pendatang pengin membawa oleh-oleh yang lain
daripada yang lain. Ada juga pembeli dari luar negeri, seperti Malaysia,
Singapura, dan Australia. Ketika main ke Medan, mereka membeli oleh-oleh Sate
Kerang Rahmat. Satu hal, jangan membayangkan resto yang “wah” saat Kawan CM datang ke sini. Bangunan toko yang terletak di Jalan PWS Gang Kerang No. 24 E
ini berukuran kecik dan sangat sederhana karena sistem penjualan adalah take away.
Untuk kerang, Rahmat langganan mengambil
dari muara Sungai Asahan di Kabupaten Tanjung Balai. Kerang bulu asal Tanjung
Balai dikenal berkualitas bagus. Ukurannya jumbo. Rasanya lebih manis
dibandingkan kerang biasa.
“Biasanya
bagian dalam perut kerang bulu itu berpasir. Sudah dicuci, tetap susah hilangnya.
Tapi, kerang bulu Tanjung Balai beda. Tidak ada pasir di dalam perutnya.
Kalokpun ada, sikit saja. Kami benar-benar pemilih soal bahan baku. Kan,
enggak enak makan kerang sambil bunyi ‘kresek-kresek’. Kasihan pembeli. Kunyah
kerang, terkunyah pulak pasir,” jelas Rahmat. Wew, betul itu! Makan kerang
bonus pasir, siapa yang mau? Kalok bonus berlian, barulaaah.
Sekitar
beberapa orang keluarga inti dan belasan orang pegawai membantu Rahmat mengolah
kerang. Proses pengolahan sbb: kerang dikumpulkan dan dicuci dengan air
mengalir. Lalu, rebus dan buang kulitnya. Daging kerang dicuci lagi sampai
berulang kali hingga kotoran seperti pasir dan lumpur hilang. Setelah
betul-betul bersih, daging kerang ditumis dengan bumbu rahasia.
Oiya, fakta penting, kerang termasuk hewan penyaring polutan. Artinya, tubuh kerang bisa menyimpan logam berat
seperti merkuri. Duh, dengar kata “merkuri” langsung kembut aja. Kebayang terkontaminasi
penyakit-penyakit berat. Waspada dengan tempat yang tercemar limbah.
Pasalnya, hewan-hewan yang hidup di sekitarnya juga ikut tercemar, termasuk
kerang. Hiiiy … jadi? Jadi, bahaya tak makan sate kerang?
“Jangan
khawatir. Daerah Tanjung Balai sama sekali tak ada limbah berbahaya karena tak
ada pabrik. Sungainya bersih. Semua kerang yang kami ambil dari sana insya
Allah aman,” jawab Rahmat tersenyum. Dia menambahkan, kerang yang diambil pun selalu
dalam kondisi segar. Bukan apa-apa, kerang yang sudah mati mustahil dijadikan sate. Pasti cepat busuk.
Rahmat
ingin orang Medan bangga dengan kulinernya, terutama dengan oleh-oleh khas sate
kerang. Siapa lagi yang memopulerkan kuliner daerah kalok bukan kita sendiri? Selain
lezat, kerang kaya akan gizi. Saya baca di majalah Femina, kerang mengandung asam lemak
tidak jenuh (omega-3) yang dapat mencegah stroke dan kanker. Proteinnya lebih
tinggi daripada daging merah, tapi kalorinya lebih rendah. Mantap, kan? Ada
vitamin A dan B12. Yang paling penting buat ibuk-ibuk kayak kita, pastinya zat
besi untuk mencegah anemia dan kalsium untuk mencegah osteoporosis. Nah, kerang
punya dua mineral penting ini!
Dengan semua keunggulannya, sebenarnya, Sate
Kerang Rahmat siap mendunia. Hanya, ada satu masalah yang belum terpecahkan.
Rahmat awam teknologi pengemasan yang bisa membuat sate kerangnya awet untuk
jangka waktu lebih lama. Pengiriman jarak jauh membutuhkan waktu lebih dari dua
belas jam. Padahal, Sate Kerang Rahmat hanya mampu bertahan dua belas jam di
suhu ruangan dan maksimal tiga hari di dalam kulkas. Rahmat tidak menambahkan bahan
pengawet untuk sate kerangnya. Sering pembeli di luar kota dan luar negeri
kecewa karena tidak dapat mencicipi Sate Kerang Rahmat, kecuali kalau mereka
datang mengambil sendiri ke Medan. Semoga pemerintah dan pihak terkait terketuk
hatinya membantu Rahmat mengembangkan usaha kuliner sate kerang sehingga mampu
bersaing di dunia internasional. Konon pulak bidang kuliner disebut-sebut
memberi kontribusi untuk sektor ekonomi kreatif. Cemana, Kawan CM? Setuju? Ayoklah kita dukung kuliner daerah agar siap mendunia! [] Haya Aliya Zaki
Sate Kerang Rahmat
Alamat: Jl. PWS Gang Kerang no. 24 E, Medan
Telp: 081270087209 (telepon dulu sebelum membeli)
Jadi ingat Sate Kerang yang pernah aku makan di Jawa Timur apa di mana gitu, ya, lupa. Waktu dalam perjalanan ke Bali pokoknya. Kuahnya cair, wangi jeruk. Segar banget! Aku penyuka kerang dan seafood lainnya. Kalau pancake durian blm nyoba. Nanti bikin ah, di rumah tapi kudu beli duriannya ya? heuheu Yang paling hapal memang kue Bika khas Medan. Wanginya sedap banget! Tanteku pernah bawain oleh-oleh dari sana. Makan Bika ditemani teh tawar hangat, pas lah. :)
ReplyDeletePokoknya kalo oleh-oleh khas Medan ga ada yang ga suka, ya. :))))
DeleteWaduh.cikgu turun gunung..bahaya ini...
ReplyDeleteBahasnya sate kerang pula... akk... ngiler
Udah pernah makan ko sate kerang Medan, Mun? :D
Deleteharga per tusuk nya lumayan ya dibanding sate ayam, udah lama ga makan kerang. biasanya masak kerang ditumis, blm pernah nyoba disate..
ReplyDeleteIya, soalnya kadang air pasang, Mba. Jadi belum tentu dapat kerang yang bagus. Kalo ayam kan selalu standby. :)) Kerangnya juga beda sama kerang yang dijual di sini. Besar-besar dan lebih kenyal.
DeleteSate kerangnya...bikin berkali-kali nelan ludah *cleguk....
ReplyDeleteAyok ke Medan wkwkwk. *kompor*
DeleteYg pengusaha macam Pak Rahmat seperti inilah yg layak dibantu oleh pemerintah ya Mba agar usahanya makin maju dan sate kerangnya bisa mendunia.
ReplyDeleteBetul betul betul, Mba Uniek. Makanya aku menulis ttg sate kerang ini. Doakan semoga Bang Rahmat menemukan solusi, ya.
Deletekok aku belum pernah yah makan di sini ? hahahahahaha
ReplyDeleteMakanyaaa kalo ke Medan ajak-ajak aku, Rieee. :))
Deletedi Surabaya juga ada Mbak sate kerang tapi buat teman lontong kupang, bumbunya kering, kalau ini kayaknya enak yah, bumbunya mirip rendang katanya.
ReplyDeleteWah pengin juga icip-icip sate kerang Surabaya. :D
Deleteaduuuh..jadi ngiler banget ...belum pernah makan sate kerang ini..
ReplyDeletedulu2 sih kerang rebus aja pake sambal nanas.., sering dapat kiriman sekarung kerang dari keluarga di Tanjung Balai
Sate kerang Tanjung Balai memang top ya, Kak. :D
DeleteWah sate kerangnya enak itu keliatannya dimakan sama nasi anget atau lontong, nikmaaattt.
ReplyDeleteIyak sekali, Mbaaa. *tetiba nelen ludah*
DeleteSelamat ya mbak. Tulisan ini membawa mbak Haya ke Padaaang.....
ReplyDeleteGa jadi ke Padang. Jadinya ke Bali. padang lagi banyak asap hehehe. Makasih Mba Nunung. :)
Deleteselamat ya mba hayaa, tulisannya emang keren, komplet dan bikin pengen ke medan buat cicipin huhu....
ReplyDeleteMakasih ya, Dew. Ayo kapan-kapan main ke Medan. Aku jadi gaetnya. :)
DeleteKerang di sate berbumbu mirip rendang? Wuih mancaap pengin nyobain ah kalau ke Medan, amiin sama mau nyobain masakan berbumbu khas Batak, Andaliman juga
ReplyDeleteNah, ayo cobain andaliman! Sodaaap!
DeleteSelamat ya MBak Hayaaaaa....ke Padang oooi. Sate kerang jaman saya ngekos mungking enggak seenak yang kang Rahmat. Tapi itu pertama dan terakhir saya makan, belum berani lagi...mungkin kalau dikasih gratis Mbak Haya, doyaaan..hehee
ReplyDeleteJadinya ke Bali, Astin. Kenapa belum berani lagi makan sate kerang? Kapan-kapan aku bawain dari Medan. :D
DeleteEm...seandainya kang Rahmat digandeng oleh orang yang paham pengemasan dan pemasaran...wooow bisa go internasional ya Mba,
ReplyDeleteAamiin. Semoga ada yang bisa membantu Bang Rahmat, ya.
DeleteEuummm... Yummy ini lah pasti. Nanti kalo ke medan lagi aku harus cobain yg ini. ;)
ReplyDeleteWajib dicoba ini, Noe.
DeleteWahh sate kerang?? gimana rasanya ya? belum pernah coba, boleh dong di kirim ke bandung :)
ReplyDeleteAyo main ke Medan. Beli sate kerang buat oleh-oleh.
DeleteMenggiurkan....membuat lapar.....asli ngebayangin nih.....pak rahmat bisa ga kirim ke bandung ya via jne tp pasti lebih dari 12 jam .... Ini mah judulnya nunggu yg datang dari medan aja deh qiqi
ReplyDeleteMudah-mudahan ada rezeki ke Medan, ya. :D
DeleteSate keraaaang. Dulu suka makan kerang rebusnya aja sih. Ingat tempatnya tapi lupa namanya.
ReplyDeleteKerang rebus itu biasanya kerang bulu, Mbak Eno. Dicocol pakek sambal nenas enaknyooo!
Delete