Momen Idul Adha baru lewat. Tapi, enggak
apa-apa dong kalau saya nulis tentang hidangan kambing? :D Euuu … hayo ngaku …
biasanya pada ketar-ketir masak daging kambing, kan? Katanya mengolah daging
kambing susah, daging alot, bau, dst. Ada yang mengambil jalan pintas dengan
menitipkan daging kambing ke tukang sate. *kyaaa* Nanti tukang sate yang
mengolah, sekeluarga tinggal makan, deh, hihihi.
Kali ini saya bukan mau mengajak
Teman-teman mengolah daging kambing, melainkan icip-icip di restoran yang
menyajikan kuliner kambing. Kali aja ada yang galau masakan kambingnya enggak
jadi, tinggal capcus ke resto yang satu ini. *kasih jalan pintas kedua xixixi*
Nama tempatnya Samarra Restaurant. Saya tahu
resto ini dari sebuah majalah wanita. Kebetulan waktu itu saya sedang
seru-seruan hunting resto yang menyajikan kuliner kambing
untuk keperluan sebuah acara.
Hari weekday pukul 15.00 wib saya tiba di Samarra Restaurant. Dari luar
kelihatan sepi. Di dalam, ruangan bar temaram diterangi lampu bercahaya kuning.
Berbagai minuman tersusun rapi di dalam lemari antik. Beberapa peralatan shisa
diletakkan di atas meja bar. Tidak ada pengunjung sama sekali. Yuhuuu … a little
bit creepy here.
Saya diajak pelayan naik
ke lantai dua. Sekitar sepuluh pengunjung duduk mengobrol sambil menikmati
hidangan di meja bulat panjang. Lega enggak sendirian. Kalau diamati, dekorasi
Samarra Restaurant khas Timur Tengah. Beberapa meja berbentuk unta. Lucu, ya?
Ornamen-ornamen lain seperti patung laki-laki bersorban atau perempuan
berkerudung tampak di sana-sini.
Perlengkapan meja makan
langsung menarik perhatian. Kenapa? Serbet merahnya berbentuk kelopak bunga.
Romanteeesss. Sendok dan garpu bahan kuningan asli. Kata pelayannya, sih,
peralatan makan diimpor khusus dari Thailand. Kalau pesan pun tidak langsung
ada. Harus menunggu beberapa bulan. Wow.
Beberapa menu yang agak
asing telah dipesan. Kalau datang perdana sebuah ke resto, saya memilih
menu-menu yang tidak familiar. Penasaran pengin coba menu-menu baru. Kali ini,
dua di antaranya adalah kuliner kambing.
Menu pertama Sate Kambing Kapuran
Camaram (Semarang). Satu porsi isi sepuluh tusuk sate. Harga Rp48 ribu. Sate
kambing berbumbu kecap ini ditaburi banyak bawang goreng yang renyah dan gurih.
Hmmm … rasanya cukup enak. Dagingnya besar dan empuk. Yang bikin istimewa, sate
disajikan di wadah terakota.
![]() |
Sate kambing Kapuran Camaram (Semarang) |
Menu kedua Krengsengan Kambing
Samarra. Harga Rp68 ribu. Lumayan mihil, tapi sebanding dengan porsi besarnya.
Kuahnya asam manis. Ada gurih juga, sih, soalnya bersantan. Unik, daging
kambingnya pipih-pipih. Enggak ada tulang sama sekali. Love it!
Selain daging, kuah berisi potongan tomat dan baby potatoes. Yum!
Kesimpulan, mimpi buruk makan daging kambing yang alot dan bau, lenyap semua
hahaha. Rasa Krengsengan Kambing Samarra benar-benar ‘baru’ di lidah saya.
Biasanya kuliner kambing seputar kari, gulai, tongseng, sup, dan sate.
![]() |
Krengsengan kambing Samarra |
Baidewei, acarnya lain daripada yang
lain, lho. Khas Timur Tengah, katanya. Isinya paprika merah, parika hijau, dan
nenas. Semuanya diiris panjang-panjang. Plus kismis. Kecutnya beda dengan acar
biasa karena difermentasi dulu. Segaaarrr. Pasangan sejati kuliner kambing, ya,
acar. Kalau di rumah, acar buatan saya tidak menggunakan paprika dan kismis.
Boleh dicoba resep acar yang satu ini.
![]() |
Acar |
Minumannya? Es Campur Air Tebu. Harga
Rp40 ribu. Benar-benar, deh, saya enggak salah pilih minuman. Enak
banget-nget-nget-ngeeet! Air tebu manis dicemplungi macam-macam potongan buah.
Ada melon, nenas, pepaya, semangka, dan cincau hijau. Bagian atas dikasih es
serut, kemudian disiram markisa. Wuiiih biji-biji markisa bikin cantik! Daun
mint dan irisan jeruk nipis tak ketinggalan disemat di pinggir gelas.
Kapan-kapan saya pengin bikin sendiri di rumah, ah. Teman-teman pun bisa coba
pakai kreativitas sendiri.
![]() |
Es campur air tebu |
Oiya, mungkin ada yang pengin tahu
kenapa nama resto ini ‘Samarra Restaurant’? Didirikan tahun 2006, Samarra
Restaurant termasuk salah satu resto milik Tugu Grup. Tugu Grup merupakan
perusahaan hotel dan resto yang memiliki ciri sejarah. Misinya mengangkat
tempat-tempat yang kurang dikenal dunia. ‘Samarra’ diambil dari nama kota yang
tidak begitu terkenal di Irak. Maka, nama ‘Samarra' dipakai agar masyarakat
lebih mengenal kota tersebut. Konsep menu dan dekorasinya pun dibuat ala Irak
(Timur Tengah). Selain Samarra Restaurant, ada resto Dapur Babah Elite,
Shanghai Blue, Lara Jonggrang, dan Tugu Kunstkring Paleis. Semua memiliki ciri
sejarah. Semua berlokasi di Jakarta.
Pengalaman pertama makan di sini
cukup menyenangkan. Menu yang disajikan di resto ini miks antara kuliner Indonesia
dan Timur Tengah. Sayang, saya tidak punya cukup waktu untuk icip-icip menu
Timur Tengah, seperti Kambing Panggang Suku Bedouin, Martabak Bourekash, Roti
Miriam, dan Pita Bread. Hoaaa. *jedotin pala ke tembok*
Pelayanan cepat. Ramah-ramah. Pelayan tetap menjawab
baik alias tidak bete saat saya bolak-balik bertanya. Kebersihan ruangan,
peralatan makan, dan makanan oke. Wajar kalau Samarra Restaurant pernah meraih
penghargaan Indonesia Best Restaurants tahun 2009 versi majalah Indonesia
Tatler. Cuma, karena saya datang pas bukan makan siang atau malam, suasana
jadi agak sepi, kali, ya. Kata pelayan, setiap jam makan siang dan makan malam
pasti rame.
Resto ini terletak di pinggir jalan Kebon Sirih,
Jakarta. Lokasinya mudah dijangkau kendaraan, kok. Kapan-kapan saya mau ke sini
lagi. Masih banyak menu yang belum dicoba, terutama kuliner Timur Tengahnya.
Tapi, kayaknya mampir ke sini pas bulan muda aja kali ya hahaha! [] Haya
Aliya Zaki
Samarra Restaurant
Jl. Kebon Sirih Raya 77 – 79
Menteng Jakarta
Telp. (021) 3918690
Rating
Rasa:
3,5/5
Dekorasi:
4/5
Servis:
5/5
Kebersihan:
4/5
Harga:
3/5
Sate kambingnya bau ga?
ReplyDeleteKadang kalau ga pinter ngolah kambing, dagingnya masih bau :|
Ga bau sama sekali, Mba. Dagingnya juga empuk. Boleh dicoba. :)
DeleteAsiik.. Syelamat yaa blog barunya, semoga berkah, rejeki makin melimpah, hihihi
ReplyDeleteHihihi aamiin. Makasih, Isti. :D
Delete